Potensi wisata merupakan sesuatu yang
dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata atau obyek wisata di suatu tempat
tertentu. Potensi wisata seringkali juga
disebut sebagai sumberdaya wisata yang dapat dikelompokkan menjadi: 1)
sumberdaya alam yaitu kondisi bentang alam (lansekap), ekosistem, flora dan
fauna; 2) sumberdaya kebudayaan yang meliputi karya-karya yang menakjubkan
(misal : candi, kuil), adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah
masyarakat.
TNS sebagian besar wilayahnya
merupakan hutan rawa gambut (peat swamp forest) yang mempunyai ketebalan lebih
dari 3 m sehingga keunikan tersendiri terhadap kondisi flora, fauna, lansekap
(bentang alam) dan ekosistemnya.
Keunikan dalam keanekaragaman hayati, budaya maupun kearifan tradisional
masyarakat yang berada di sekitar TNS, dapat dijadikan aset wisata yang dapat dijual kepada
pengunjung.
Potensi Wisata Dalam Kawasan Taman Nasional Sebangau
Potensi wisata di dalam kawasan TNS lebih banyak berkaitan dengan potensi wisata alam, mulai dari flora-fauna dan ekosistem yang unik, bentang alam yang indah, suasana yang tenang dan nyaman. Sampai saat ini, belum ditemukan potensi wisata yang berupa tempat-tempat peninggalan bersejarah. Oleh karena itu potensi yang ada dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang layak dijual bagi pengunjung. Potensi wisata alam yang dapat dikembangkan antara lain :
Kekayaan Ekosistem
Ciri unik hutan rawa gambut Sebangau
adalah digenangi air yang berwarna hitam dan juga mengalir melalui
sungai-sungai kecil yang menghubungkan wilayah di Sebangau atau dengan sungai
lain di Kalimantan Tengah. Di kawasan TNS terdapat tujuh tipe ekosistem hutan
yang terdiri dari : hutan riparian (riverine
forest), hutan rawa campuran (mixed
swamp forest), hutan transisi (transition
forest), hutan tegakan rendah (low
pole forest), hutan tegakan tinggi (tall
interior forest), hutan intrusi granit (granitic
intrusion forest) dan hutan tajuk
rendah (low canopy forest).
Bagi orang yang
menyukai petualangan (adventure trip) ke alam terbuka, yaitu
dengan aktivitas susur sungai, kawasan Sebangau merupakan daerah tujuan yang
tepat. Di sepanjang sungai bisa dilihat berbagai jenis vegetasi unik khas
ekosistem riparian seperti: bakung (Hanguana malayana), rasau (Pandanus
helicopus dan P. atrocarpus), putat (Barringtonia
recemosa), gelam tikus (Eugenia
spicata), kaca piring hutan (Gardenia tubifera). Sedangkan pada ekosistem peralihan yang
berlokasi dibelakang ekosistem riparian didominasi oleh vegetasi
yaitu terentang (Campnospermum macrophyllum), durian
hutan (Durio corinatus), meranti (Shore pauciflora), terap (Artocarpus
elastica), ramin (Gonystylus bancanus), nyatoh (Palaquium
sp), kempas (Koompassia malaccencis),
jelutung (Dyera lowii), pulai (Alstonia
pneumatophora, A. spatulata).
Beberapa jenis anggrek dan jenis paku-pakuan yang dapat ditemukan di kedua
ekosistem ini adalah: anggrek vanda (Vanda hookeriana) dan anggrek salak (Dendrobium
salaccensis) sering menempel pada rasau, anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) dan anggrek Geodorum purporium. Masuk
ke dalam hutan, akan ditemui suasana
sunyi yang diisi dengan suara burung dan serangga atau bahkan dapat melihat
orangutan.
Kekayaan Flora dan Fauna
Dari berbagai
tipe ekosistem hutan yang ada, TNS memiliki berbagai jenis pohon. Beberapa jenis pohon telah
dikategorikan sebagai jenis endangered
(genting) seperti ramin (Gonystillus
bancanus). Selain itu, juga terdapat tumbuhan liar seperti kantung semar (Nepenthes ampullaria), anggrek hitam dan
tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat lokal. Beberapa mamalia yang dapat
ditemui di TNS seperti bekantan (Nasalis
larvatus), agile gibbon (Hylobates
agilis albibarbis), beruang madu (Helarctus
malayanus), monyet ekor panjang, macan dahan (Neofelis nebulosa), orangutan (Pongo
pygmaeus). Jenis burung yang dapat
ditemui adalah rangkong badak (Buceros
rhinoceros) dan elang (Haliastur
indus)
Orangutan
merupakan satwa TNS yang dapat dijadikan daya tarik bagi wisatawan.
Diperkirakan jumlahnya berkisar antara
6200-6900 individu yang terdistribusi secara merata di DAS Sebangau dan
areal di sekelilingnya, kecuali pada extremely
wet low interior forest. Kepadatan
yang tinggi terdapat pada daerah tall interior forest dan daerah sekitar sungai
Sebangau, Bulan dan Rasau (Rieley dan Page, 2005). Untuk melihat orangutan di
hutan merupakan suatu pengalaman yang menakjubkan. Orangutan merupakan satwa
yang soliter, mereka akan lari apabila melihat manusia sehingga cukup sulit
bagi wisatawan untuk mengamatinya. Suatu keberuntungan bagi mereka yang dapat
melihat. Hal ini merupakan suatu tantangan yang cukup menarik bagi ecotourist,
sehingga perlu ada kiat-kiat tersendiri untuk dapat mengamatinya dengan tenang
dan puas.
Laboratorium Alam Hutan Rawa Gambut
Laboratorium Alam
Hutan Rawa Gambut dikelola oleh Pusat Kerjasama Internasional Pengelolaan Gambut Tropika (CIMTROP) yang merupakan sebuah lembaga riset Universitas Palangkaraya yang memfokuskan
penelitian di bidang pengelolaan hutan gambut tropika. Pada areal ini terdapat
laboratorium alam yang tidak saja dikunjungi peneliti dalam negeri tetapi juga
oleh peneliti manca negara. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan
menggunakan speedboat melalui pintu
masuk Pelabuhan Kereng Bangkirai dengan waktu tempuh kurang lebih selama 10
menit.
Fasilitas yang
tersedia di daerah ini adalah menara penelitian
dengan ketinggian 40 m, base
camp, jalur (track) ke lokasi
penelitian. Aktivitas wisata yang dapat dikembangkan di wilayah ini adalah
wisata pendidikan.
Stasiun Riset Mangkok
Untuk mencapai
lokasi ini, dapat ditempuh dengan
menggunakan speed boat dalam waktu 1 jam
dari Kereng Bangkirai yang merupakan pintu utama untuk masuk ke TNS melalui Sungai Sebangau. Di Stasiun
Riset Mangkok, dapat dilihat tabat (dam) yang berfungsi untuk membendung aliran
air gambut yang melalui kanal sehingga air gambut tidak terlalu cepat hilang.
Air ini sangat penting peranannya di
dalam menjaga keseimbangan ekosistem gambut sehingga vegetasi yang ada di
sepanjang kanal dapat berkembang dengan baik.
Pada awalnya, kanal ini dibuat untuk mengeluarkan kayu tebangan pada
saat HPH masih beroperasi. Tabat
dibangun pada km 1, 6 dan 10. Fasilitas
yang ada pada lokasi ini adalah pondok kerja yang juga dapat berfungsi sebagai
base camp.
Aktivitas yang
dapat dilakukan adalah wisata pendidikan dengan melakukan pengamatan teknik
pembuatan tabat, pengukuran debit dan
pengamatan tanaman hasil rehabilitasi, serta pengamatan vegetasi alami. Kegiatan penanaman dengan berbagai jenis
tanaman langka pada lahan bekas terbakar merupakan kegiatan yang dapat
dikembangkan dengan pola “orangtua asuh pohon”.
Perjalanan
menyusuri kanal merupakan perjalanan yang cukup unik dan menantang, untuk
melewati suatu tabat, harus turun dan perahu harus diangkat. Oleh karena itu,
perahu yang digunakan harus berukuran kecil.
Sepanjang kanal, juga ditemui beberapa bagian areal yang terbakar
karena ekosistem gambut pada saat musim
kemarau rawan terhadap kebakaran.
Biasanya pada areal bekas terbakar sering ditemui jenis vegetasi tumih (Combretocarpus rotundatus) yang tahan
terhadap kebakaran.
Sungai
Perjalanan
mengelilingi TNS memerlukan waktu setidaknya dua hari dengan menggunakan
speedboat dengan menyusuri dua sungai besar yaitu Katingan dan Sebangau. Susur sungai merupakan suatu perjalanan yang
cukup menarik bagi peminat adventure
tourism. Kondisi wisata yang ada pada saat ini dapat dikatakan belum berkembang, hanya sedikit penginapan
yang ada dan hanya terdapat di sepanjang Sungai Katingan. Perjalanan menyusuri
sungai-sungai kecil yang ada di dalam kawasan hutan akan lebih menarik dan
terasa benar-benar “back to nature”
apabila menggunakan perahu tradisional yang disebut kelotok, kita akan
menemui suara burung dan insek,
masyarakat yang ramah dan hangat serta hutan yang masih asli.
Terdapat dua
gerbang pintu masuk ke TNS yaitu :
(1) Dari Sungai Sebangau
Untuk menyusuri
sungai Sebangau harus masuk melalui Darmaga Kereng Bangkirai yang dapat
dijangkau dengan kendaraan dari Lapangan Terbang Cilik Riwut kurang lebih
selama 15 menit. Sepanjang sungai akan
melihat warna air yang hitam. Sepanjang perjalan
dapat ditemui rumah-rumah penduduk yang tersebar secara sporadis yang berdiri
di atas sungai. Mata pencaharian penduduk tampaknya mengandalkan pada sektor
perikan. Mereka mencari ikan dan melakukan pembudidayaan dengan keramba-keramba
di sekitar rumah. Jenis vegetasi dominan
yang terdapat di sepanjang sungai adalah jenis pandan-pandanan, mendekati muara
ada perubahan vegetasi yaitu terdapat jenis nipah. Sepanjang perjalan sesekali dapat menemui
burung-burung air, orangutan dan bekantan. Orangutan dapat ditemui secara
individu, tetapi bekantan biasanya secara berkelompok. Kegiatan wisata yang
dilakukan adalah pengamatan satwaliar, peralatan teropong dan fotografi menjadi
hal yang tidak boleh terlupakan, karena momen untuk ketemu satwa terserbut bukan
hal yang gampang.
Perjalanan
menyusuri sungai sampai muara Laut Jawa dapat ditempuh selama 7 jam tanpa
istirahat dengan menggunakan speedboat, yang mencakup 1 jam pada daerah
transisi menuju laut dengan gelombang yang relatif besar. Disarankan untuk melalui Laut Jawa sebelum
jam 3 sore, karena setelah itu gelombangnya cukup besar. Memasuki sungai
Katingan, air tidak berwarna hitam seperti sungai Sebangau. Perjalanan melalui
sungai Katingan menuju Kasongan, ibukota Kabupaten Katingan, ditempuh selama 8
jam tanpa istirahat.
(2) Dari Sungai Katingan
Pintu gerbang
lain untuk masuk kawasan TNS dapat melaui Kasongan yang dapat ditempuh dengan
kendaraan selama kurang lebih 1,5 jam dari Palangka Raya. Sepanjang Sungai
Katingan, penduduknya relatif padat dibandingkan sungai Sebangau, dengan
pemukiman yang menyebar secara sporadis. Perjalanan dari Kasongan ke Muara Laut Jawa ditempuh dengan menggunakan speed
boat kurang lebih 8 jam tanpa istirahat.
Dalam perjalanan seringkali kita melihat kapal pengangkut kayu, dan juga
dapat mampir melihat lokasi pengolahan rotan di Tewang Tampang, yang produk
akhirnya merupakan barang setengah jadi yang siap dikirim ke perajin maupun
industri yang ada di dalam maupun di luar Kalimantan Tengah. Di beberapa
lokasi, juga terdapat penginapan yang disediakan masyarakat seperti di Baun
Bango dan Mendawai. Untuk penginapan
yang terletak di pinggir sungai, biasanya mempunyai kamar mandi dan WC yang cukup unik yang
berada di atas sungai.
PANORAMA ALAM
Bukit Kaki
Perjalanan ke
Bukit Kaki dari Kasongan, harus melewati Sungai Katingan
dengan terlebih ke Kota Kecamatan
Mendawai, lama perjalanan kurang lebih 4
jam dengan menggunakan speed-boat. Selanjutnya dari Kota Kecamatan Mendawai
menuju Bukit Kaki, ditempuh dengan menggunakan kelotok dengan kapasitas 4-8
orang selama kurang lebih 1 jam.
Penggunaan speed boat sampai saat ini belum dimungkinkan, karena di
beberapa lokasi harus melalui kanal-kanal kecil yang lebarnya tidak cukup
apabila dilalui speed-boat. Perjalanan cukup mengasyikkan, di kanan-kiri dapat
diamati vegetasi ekosistem riparian dan sesekali kita dapat melihat rumah-rumah
penduduk yang tersebar di sepanjang sungai.
Dari Mendawai ke Bukit Kaki direncanakan
dibuat jalan, yang sampai saat ini telah mulai dikerjakan. Di sisi jalan dibuat kanal, yang saat ini
dimanfaatkan untuk akses menuju Bukit Kaki.
Sampai di ujung kanal, harus
berhenti dan meniti potongan-potongan
batang pohon yang diletakkan di atas tanah gambut. Waktu tempuh kurang lebih 15-20 menit untuk
sampai di kaki bukit. Meniti potongan batang merupakan aktivitas yang cukup
membutuhkan kehatian-kehatian dan keseimbangan. Selanjutnya, perjalanan
dilakukan dengan sedikit mendaki bukit yang berbatu-batu. Di sini dituntut
kelihaian mencari track yang aman dan tidak licin. Sesampainya di bukit, tampak panorama yang
indah berupa hamparan tajuk pohon kelihatan stratanya.
Di bukit kaki
terdapat batuan yang jarang ditemui di ekosistem gambut sehingga menjadi
menarik bagi para peneliti geologi. Selain
itu, juga menyimpan legenda yang menarik. Tidak jauh dari bukit kaki, ditemui jenis ulin yang cukup unik
keberadaannya di ekosistem gambut.
Gunung Bulan
Hal yang menarik
dari gunung Bulan adalah panoramanya yang indah berwarna hijau terlihat dari jauh terutama pada pagi hari yang cerah. Untuk menuju ke gunung Bulan dapat ditempuh
menelusuri Sungai Katingan, yang selanjutnya masuk ke anak sungai (sungai
Bulan) dengan waktu tempuh 3-4 jam.
DANAU
Danau Jalan Pangen
Danau Jalan
Pangen dapat dicapai dari Desa Baun Bango dengan waktu tempuh selama kurang lebih 30 menit
menggunakan speedboat dengan menyusuri sungai-sungai kecil. Danau ini cukup luas (± 254,7 ha) dengan
kedalaman air yang berfluktuasi tergantung pada musimnya. Pada musim yang sangat kering, air dapat surut sampai ke dasar danau. Oleh karena itu pemanfaatan danau ini
mempunyai waktu-waktu tertentu dimana kondisi air mencukupi untuk berbagai
kegiatan wisata. Aktivitas wisata yang
dapat dikembangkan adalah memancing, berperahu dan pengamatan burung-burung pemangsa ikan.
Untuk
pengembangan wisata, sudah dibentuk KSM Pengelola Wisata Alam Jalan Pangen
Kelompok ini berkedudukan di Desa Baun Bango, yang dibentuk pada Tanggal 7
Agustus 2004 yang diketuai oleh M. Arjan Shidik. Namun, hingga saat ini belum
ada kegiatan aktual yang telah dilakukan oleh KSM ini. KSM didirikan atas inisiasi WWF sejalan
dengan pengembangan TNS.
Danau Kamipang
Danau ini
luasannya relatif kecil dibandingkan Danau Jalan Pangen, namun demikian ini
lokasi juga mempunyai aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau sehingga
mempunyai potensi wisata. Seperti halnya
Danau Jalan Pengen, aktivitas wisata
yang dikembangkan adalah mancing,
berperahu dan pengamatan burung.
Danau Panggulas
Danau Panggulas
terletak di Desa Karuing Kecamatan Kamipang.
Untuk mencapai danau ini terlebih dahulu menyusuri sungai dengan tajuk-tajuk pohon yang menutupi di
atasnya. Di sekitarnya terdapat sarang-sarang orangutan yang relatif mudah dijangkau baik pada musim
penghujan maupun kemarau.
Potensi Wisata Di Luar Kawasan Taman Nasional Sebangau
Pengembangan
wisata di kawasan TNS tidak bisa terlepas dari potensi wisata yang ada di luar
kawasan TNS apakah potensi di luar kawasan bersifat melengkapi atau bahkan
sebagai substitusi bagi daerah tujuan wisata di dalam kawasan TNS. Selain itu,
juga penting kaitannya dengan perencanaan kemasan paket wisata. Akan terlalu
mahal, seorang ecotourist yang
berasal dari mancanegara hanya bertujuan melihat misalnya Danau Jalan Pangen,
oleh karena itu perjalanannya harus merupakan suatu paket perjalanan
wisata yang melihat berbagai obyek
wisata dari daerah tujuan wisata lainnya. Selain itu, potensi wisata di luar
kawasan dapat memberikan gambaran bagi pengembangan wisata di dalam kawasan,
sebagai pembanding keunggulan atau keunikan obyek wisata yang ada di dalam kawasan.
Potensi wisata yang ada di luar kawasan TNS mempunyai keanekaragaman yang
relatif tinggi dibandingkan di dalam kawasan, selain potensi wisata alam juga
terdapat potensi wisata budaya. Adapun potensi wisata yang ada di luar kawasan
adalah sebagai berikut :
Taman Nasional Tanjung Puting
Taman Nasional
Tanjung Puting (TNTP) terletak di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat
dengan luas 300.000 hektar yang tersusun
oleh beberapa tipe vegetasi. TNTP merupakan
kawasan yang sangat penting keberadaannya karena terdapat beberapa satwa langka
yang dilindungi seperti orangutan (Pongo
pygmaeus) dan jenis primata lainnya. Selain itu, juga menjadi habitat bagi
banyak jenis fauna seperti burung, mamalia dan reptilia. Kegiatan ekowisata
telah dikembangkan di TNTP. Beberapa fasilitas wisata telah dibangun seperti
pondok penelitian, jembatan, dermaga, jalan setapak dan menara pandang. Di kawasan ini juga terdapat camp Leakey yang
berfungsi sebagai zona penelitian dan
pusat rehabilitasi orangutan yang telah dirintis sejak tahun 1971. Lokasi ini juga digunakan untuk wisata secara
terbatas, terutama untuk wisata minat khusus.
Pemanfaatan
intensif pada TNTP terletak di Tanjung Harapan, yang direncanakan sebagai
camping ground bagi para pengunjung seperti pramuka, pelajar, pecinta alam dan
wisatawan. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan adalah hiking di jalan setapak
melalui hutan hujan tropis.
Danau Bulat dan Danau Panjang
Danau ini
terletak di Desa Jahanjang Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan, lokasinya
berdekatan antara satu danau dengan danau yang lain. Air sulingnya baik untuk kesegaran. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah
olahraga air berupa canoeing dan ski.
Danau Purun
Danau Purun
terletak di Desa Tumbang Ronen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan yang
merupakan daerah penyangga TNS. Danau ini mempunyai potensi untuk wisata
seperti memancing dan olahraga air. Selain itu juga memberikan panorama yang
indah dengan banyaknya teratai merah dan burung pemangsa ikan (white egret). Kegiatan memancing juga banyak dilakukan,
selain upaya masyarakat untuk membudidayakan ikan
Pulau Damar
Pulau Damar
merupakan pulau kecil yang terletak dekat Laut Jawa sebelum masuk ke sungai
Katingan, mempunyai hutan mangrove yang relatif masih utuh. Aktvitas wisata yang dapat dilakukan adalah
menikmati hutan mangrove dan juga pengamatan perilaku bekantan (Nasalis larvatus).
Upacara Adat
“Tiwah”
Salah satu budaya dan tradisi di masyarakat
Dayak yang terkenal adalah upacara tiwah. Tradisi ini merupakan bagian
ritual dari masyarakat Dayak yang mempunyai kepercayaan Kaharingan. Upacara ini menghantarkan roh manusia yang
telah mati ke kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini. Tujuan upacara ini
adalah memindahkan tulang manusia yang telah mati dari kuburan ke sandring (rumah kecil yang merupakan
tempat tulang orang yang mati).
Pemindahan diikuti dengan acara
tarian dan nyanyian spiritual yang ditujukan untuk kepergian roh. Pada
upacara ini juga dilakukan korban dengan menyembelih sapi, kerbau maupun babi.
Upacara ini
memerlukan biaya relatif mahal, sehingga tidak selalu dilaksanakan setiap
tahun. Untuk meringankan biaya, upacara
ini dilakukan oleh beberapa keluarga.
Seringkali pemerintah daerah juga membantu pembiayaan acara ini dengan
tujuan untuk menarik wisatawan. Upacara
ini dapat dilakukan di desa-desa sekitar kawasan TNS.
Taman Wisata Bukit Batu/Pertapaan Tjilik Riwut
Berlokasi di
Kecamatan Bukit Batu yang merupakan tempat
pertapaan Tjilik Riwut. Tjilik
Riwut adalah seorang Pahlawan Nasional
dari Kalimantan Tengah. Bukit
Batu dapat ditempuh dengan menggunakan Kendaraan darat kira-kira 83 Km dari
Kota Palangkaraya.
Riam Mangkikit
Dalam bahasa
setempat disebut “Kiham Mangkikit” berada di Sungai Katingan, dalam kawasan
Desa Tumbang Kalamei, Kecamatan Katingan Tengah. Riam Terbesar di Kabupaten
Katingan itu gemuruh pukulan ombaknya yang bisa terdengar berpuluh-puluh
kilometer jauhnya. Disebelah hulu terdapat lagi riam-riam besar sambung
menyambung dalam wlayah Kecamatan Mangkikit, mulai dari paling hulu bernama
Riam Kuluk Leleng, Riam Buntut Leleng, Riam Tabera, Riam Sangkai Kukuh dan Riam
Pamai. Sangat mengasyikkan bagi mereka
yang suka berolahraga arung jeram.
Taman Alam Bukit Tangkiling
Obyek wisata ini
berjarak sekitar 32 Km dari pusat kota dan terletak di Kelurahan Banturung
Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya yang merupakan kumpulan perbukitan
dengan 8 puncak dan memiliki pemandangan yang cukup indah. Untuk mengunjungi
tempat ini dapat menggunakan angkutan darat kurang lebih 30 menit dari Kota
Palangka Raya. Di lokasi ini terdapat Guest House Pemda Kalteng dan
bangunan/perumahan milik Dinas Kehutanan Kalteng. Juga terdapat pembibitan
berbagai jenis kayu hutan seperti Tengkawang, Ulin dan lain-lain. Sebagai sarana pendukung wisata dibangun juga
shelter, play ground, jalan setapak, sarana parkir dan lain-lain.
Bumi Perkemahan “Nyaru Menteng” dan Arboretum Danau Tahai
Obyek wisata ini
terletak diwilayah Kecamatan Bukit Batu, Kelurahan Danau Tahai. Untuk menikmati pemandangan danau Tahai ini
telah disediakan motor tempel (speed boat), perahu tradisional Jukung serta
sepeda air yang dirancang secara khas. Sedangkan Arboretum merupakan tanaman
khas hutan yang cukup menarik karena berbagai tumbuhan hutan tropis langka
terdapat pada lokasi yang berjarak sekitar 29 Km dari pusat Kota Palangkaraya
ini.
Taman Rekreasi/Arena Balap Motor Sabaru
Taman ini
terletak di Jl. RTA. Milono Kelurahan Sabangau, Kecamatan Sabangau Kota
Palangkaraya Propinsi Kalimantan Tengah, berjarak 12 Km dari ibukota dapat
dicapai dengan waktu tempuh 15 menit, dengan luas areal 150 ha, terletak di
sisi Danau Sabaru (Pantai Sungai Sabangau).
Sebagai arena balap motor sering digunakan untuk acara-acara kejuaraan
olahraga balap motor baik tingkat daerah
maupun nasional. Juga terdapat beberapa fasilitas untuk rekreasi dan
bermain.
Desa Wisata
Sebuah desa yang
terletak di pinggiran Sungai Rungan yang merupakan bagian dari area pemukiman
Rungan Sari Permai.
Gohong Rawai
Gohong Hawai
merupakan sebuah riam yang cukup memukau melintasi Tumbang Jutuh, ibukota
Kecamatan Rungan, Gohong artinya riam.
Lokasi ini menarik bagi yang suka tantangan untuk olahraga air, yang
dapat dicapai dengan kendaraan air (speed boat atau long boat) dari Palangkaraya
kira-kira 3-4 jam perjalanan.
Rumah Adat (Betang) Buntoi
Terdapat di Desa
Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau terdapat sebuah rumah
betang yang tampak anggun dan merupakan “Museum” kecil tempat penyimpanan
berbagai barang/harta pusaka Suku Dayak Ngaju.
Letaknya di wilayah bagian hilir lembah Sungai Kahayan sekitar 30 Km
dari kota Kuala Kapuas. Untuk
mencapainya dapat menggunakan angkutan motor tempel atau jenis kendaraan air
lainnya.
Sandung Bukit Rawi
Lokasi ini
terletak di Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau. Obyek ini
merupakan tempat penyimpanan tulang belulang seorang tokoh Suku Dayak di
kawasan itu yang bernama Tumenggung Lawak yang bergelar Tumenggung Surya
Jaya. Lokasi dapat dicapai dengan motor
tempel (speed boat) dari Kota Palangkaraya sekitar 45 menit perjalanan
Kebun-kebun Rotan
Kebun-kebun rotan
terdapat menyebar di sepanjang Sungai Katingan. Rotan ditanam sepanjang pinggiran sungai dan
dibiarkan tumbuh bersama-sama dengan semak-belukar dan pepohonan. Tanaman
tersebut dibiarkan ”menghutan”, terutama rotan. Rotan akan tumbuh dengan baik
bila tumbuh bersama dengan semak belukar dan pepohonan lainnya. Hutan rotan
sangat efektif dalam menahan erosi di
sepanjang bantaran sungai. Hal ini penting bagi pelestarian lingkungan
sepanjang sisi sungai.
AKSESIBILITAS
Sebagian besar desa-desa yang ada di 5 (lima) kecamatan yang terletak di
sekitar TNS, terletak di pinggir Sungai Katingan dan Sungai Sebangau, dengan
kontur memanjang. Dengan demikian
mobilitas penduduk dari desa ke desa ataupun Sarana transportasi yang digunakan
meliputi speed boat, kapal motor, kapal motor yang berukuran kecil (kelotok),
perahu motor (alkon/ces) dan perahu tradisional (jukung).
Daerah kawasan
Sebangau dapat diakses dengan berbagai alternatif perjalanan. Untuk menuju
desa-desa di sekitar Katingan, aksesbilitas jalan yang paling cepat adalah
melalui jalan darat sampai ke Kasongan. Dari Palangka raya ke Kasongan hanya
membutuhkan waktu 1-2 jam. Bila tujuannya adalah daerah hilir (Pegatan), maka
rute perjalanan dari Palangka Raya/Banjar Masin– Sampit – Pegatan. Dari Sampit
ke Pegatan ada angkutan taxi air. Untuk
menuju daerah sekitar Sebangau, rute perjalanan paling dekat adalah
transportasi air dari Palangka Raya – Sebangau Kuala. Dengan menggunakan
speedboat, rute ini dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dari Palangka Raya ke desa
Paduran.
PRASANA
UMUM PENDUKUNG
Aliran listrik di empat kecamatan yang berada di sekitar kawasan TNS hanya
berfungsi pada malam hari, yaitu mulai sekitar jam 17.00 hingga pagi jam 6.00.
Di Kecamatan Sebangau Kuala, penerangan masih menggunakan generator, baik milik
perorangan maupun milik bersama (patungan), jaringan PLN belum masuk ke wilayah
ini. Keberadaan listrik menumbuhkan
dinamika yang nyata dalam kehidupan masyarakat yang meliputi berbagai aspek,
yaitu baik aspek sosial dan ekonomi.
Dengan demikian pada desa-desa yang telah memperoleh layanan jasa
listrik, terutama dari PLN mengalami perubahan positif yang cukup nyata.
Hasil Studi Sosek WWF (2005), ada dua daerah yang paling ramai yaitu daerah
Katingan II dan Pegatan (keduanya termasuk wilayah Kecamatan Katingan
Kuala-daerah hilir sungai Katingan). Kedua daerah ini selain ramai karena
aktivitas pasarnya, juga menjadi tempat persinggahan (daerah transit dari dan
ke kota, yaitu Banjarmasin, Sampit dan Palangkaraya. Kedua daerah ini juga
berfungsi sebagai pelabuhan untuk bongkar muat barang-barang dari dan ke
kota-kota tersebut.
Di setiap kecamatan terdapat pasar, yang berada di ibukota masing-masing
kecamatan. Untuk Kecamatan Katingan Kuala, selain di Pegatan, pasarnya juga ada
di Katingan II. Bahkan Pasar Katingan II lebih ramai dari pasar Pegatan.
Keberadaan pasar di Katingan sangat bermakna bagi pengembangan perekonomian
desa-desa di sekitarnya. Di pasar ini
terjadi berbagai transaksi ekonomi yang intinya berupa pemasaran hasil bumi
para petani dan nelayan serta pengadaan berbagai barang kebutuhan penduduk.
Penginapan sudah
ada beberapa lokasi sepanjang Sungai Katingan seperti di Pegatan, Mendawai dan
Baun Bango. Penginapan yang ada dengan
fasilitas yang terbatas : listrik hanya pada waktu tertentu dan komunikasi
dengan menggunakan fasilitas telpon satelit atau pada daerah
tertentu sudah terjangkau oleh Jaringan telepon selular (GSM).
Sumber : Balai Taman Nasional Sebangau -
Palangkaraya