Senin, 16 Januari 2012

POTENSI WISATA TAMAN NASIONAL SEBANGAU



Potensi wisata merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata atau obyek wisata di suatu tempat tertentu.  Potensi wisata seringkali juga disebut sebagai sumberdaya wisata yang dapat dikelompokkan menjadi: 1) sumberdaya alam yaitu kondisi bentang alam (lansekap), ekosistem, flora dan fauna; 2) sumberdaya kebudayaan yang meliputi karya-karya yang menakjubkan (misal : candi, kuil), adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah masyarakat.
TNS sebagian besar wilayahnya merupakan hutan rawa gambut (peat swamp forest) yang mempunyai ketebalan lebih dari 3 m sehingga keunikan tersendiri terhadap kondisi flora, fauna, lansekap (bentang alam) dan ekosistemnya.  Keunikan dalam keanekaragaman hayati, budaya maupun kearifan tradisional masyarakat yang berada di sekitar TNS, dapat dijadikan  aset wisata yang dapat dijual kepada pengunjung.   

Potensi Wisata Dalam Kawasan Taman Nasional Sebangau

 

Potensi wisata di dalam kawasan TNS lebih banyak berkaitan dengan potensi wisata alam, mulai dari flora-fauna dan ekosistem yang unik, bentang alam yang indah, suasana yang tenang dan nyaman.  Sampai saat ini,  belum ditemukan potensi wisata yang berupa tempat-tempat peninggalan bersejarah. Oleh karena itu potensi yang ada  dapat dikembangkan menjadi obyek wisata yang layak dijual bagi pengunjung.  Potensi wisata alam yang dapat dikembangkan antara lain :

Kekayaan Ekosistem

Ciri unik hutan rawa gambut Sebangau adalah digenangi air yang berwarna hitam dan juga mengalir melalui sungai-sungai kecil yang menghubungkan wilayah di Sebangau atau dengan sungai lain di Kalimantan Tengah. Di kawasan TNS terdapat tujuh tipe ekosistem hutan yang terdiri dari : hutan riparian (riverine forest), hutan rawa campuran (mixed swamp forest), hutan transisi (transition forest), hutan tegakan rendah (low pole forest), hutan tegakan tinggi (tall interior forest), hutan intrusi granit (granitic intrusion forest)  dan hutan tajuk rendah (low canopy forest). 
Bagi orang yang menyukai  petualangan (adventure trip) ke alam terbuka, yaitu dengan aktivitas susur sungai, kawasan Sebangau merupakan daerah tujuan yang tepat. Di sepanjang sungai bisa dilihat berbagai jenis vegetasi unik khas ekosistem riparian seperti:  bakung (Hanguana malayana),  rasau (Pandanus helicopus dan P. atrocarpus),  putat (Barringtonia recemosa), gelam tikus (Eugenia spicata),  kaca piring hutan (Gardenia tubifera).  Sedangkan pada ekosistem peralihan yang berlokasi dibelakang ekosistem riparian didominasi oleh  vegetasi  yaitu   terentang (Campnospermum macrophyllum), durian hutan (Durio corinatus), meranti (Shore pauciflora),  terap (Artocarpus elastica), ramin (Gonystylus bancanus),  nyatoh (Palaquium sp),  kempas (Koompassia malaccencis),  jelutung (Dyera lowii),  pulai (Alstonia pneumatophora, A. spatulata). Beberapa jenis anggrek dan jenis paku-pakuan yang dapat ditemukan di kedua ekosistem ini adalah:  anggrek vanda (Vanda hookeriana) dan anggrek salak  (Dendrobium salaccensis) sering menempel pada rasau, anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) dan anggrek Geodorum purporium.    Masuk ke dalam hutan,  akan ditemui suasana sunyi yang diisi dengan suara burung dan serangga atau bahkan dapat melihat orangutan.

Kekayaan Flora dan Fauna

Dari berbagai tipe ekosistem hutan yang ada, TNS memiliki berbagai jenis  pohon. Beberapa jenis pohon telah dikategorikan sebagai jenis endangered (genting) seperti ramin (Gonystillus bancanus). Selain itu, juga terdapat tumbuhan liar seperti kantung semar (Nepenthes ampullaria), anggrek hitam dan tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat lokal. Beberapa mamalia yang dapat ditemui di TNS seperti bekantan (Nasalis larvatus), agile gibbon (Hylobates agilis albibarbis), beruang madu (Helarctus malayanus), monyet ekor panjang, macan dahan (Neofelis nebulosa), orangutan (Pongo pygmaeus).  Jenis burung yang dapat ditemui adalah rangkong badak (Buceros rhinoceros) dan elang (Haliastur indus)
Orangutan merupakan satwa TNS yang dapat dijadikan daya tarik bagi wisatawan. Diperkirakan jumlahnya berkisar antara  6200-6900 individu yang terdistribusi secara merata di DAS Sebangau dan areal di sekelilingnya, kecuali pada extremely wet low interior forest.  Kepadatan yang tinggi terdapat pada daerah tall interior forest dan daerah sekitar sungai Sebangau, Bulan dan Rasau (Rieley dan Page, 2005). Untuk melihat orangutan di hutan merupakan suatu pengalaman yang menakjubkan. Orangutan merupakan satwa yang soliter, mereka akan lari apabila melihat manusia sehingga cukup sulit bagi wisatawan untuk mengamatinya. Suatu keberuntungan bagi mereka yang dapat melihat. Hal ini merupakan suatu tantangan yang cukup menarik bagi ecotourist, sehingga perlu ada kiat-kiat tersendiri untuk dapat mengamatinya dengan tenang dan puas. 

Laboratorium Alam Hutan Rawa Gambut

Laboratorium Alam Hutan Rawa Gambut dikelola oleh Pusat Kerjasama Internasional Pengelolaan  Gambut Tropika (CIMTROP) yang  merupakan sebuah lembaga riset  Universitas Palangkaraya yang memfokuskan penelitian di bidang pengelolaan hutan gambut tropika. Pada areal ini terdapat laboratorium alam yang tidak saja dikunjungi peneliti dalam negeri tetapi juga oleh peneliti manca negara. Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan  speedboat melalui pintu masuk Pelabuhan Kereng Bangkirai dengan waktu tempuh kurang lebih selama 10 menit. 
Fasilitas yang tersedia di daerah ini adalah menara penelitian  dengan ketinggian 40 m,  base camp, jalur (track) ke lokasi penelitian. Aktivitas wisata yang dapat dikembangkan di wilayah ini adalah wisata pendidikan. 

Stasiun Riset Mangkok

Untuk mencapai lokasi ini,  dapat ditempuh dengan menggunakan speed boat  dalam waktu 1 jam dari Kereng Bangkirai yang merupakan pintu utama untuk masuk  ke TNS melalui Sungai Sebangau. Di Stasiun Riset Mangkok, dapat dilihat tabat (dam) yang berfungsi untuk membendung aliran air gambut yang melalui kanal sehingga air gambut tidak terlalu cepat hilang. Air  ini sangat penting peranannya di dalam menjaga keseimbangan ekosistem gambut sehingga vegetasi yang ada di sepanjang kanal dapat berkembang dengan baik.  Pada awalnya, kanal ini dibuat untuk mengeluarkan kayu tebangan pada saat HPH masih beroperasi.  Tabat dibangun pada km 1, 6 dan 10.  Fasilitas yang ada pada lokasi ini adalah pondok kerja yang juga dapat berfungsi sebagai base camp.
Aktivitas yang dapat dilakukan adalah wisata pendidikan dengan melakukan pengamatan teknik pembuatan tabat,  pengukuran debit dan pengamatan tanaman hasil rehabilitasi, serta pengamatan vegetasi alami.  Kegiatan penanaman dengan berbagai jenis tanaman langka pada lahan bekas terbakar merupakan kegiatan yang dapat dikembangkan dengan pola “orangtua asuh pohon”.
Perjalanan menyusuri kanal merupakan perjalanan yang cukup unik dan menantang, untuk melewati suatu tabat, harus turun dan perahu harus diangkat. Oleh karena itu, perahu yang digunakan harus berukuran kecil.  Sepanjang kanal, juga ditemui beberapa bagian areal yang terbakar karena  ekosistem gambut pada saat musim kemarau rawan terhadap kebakaran.   Biasanya pada areal bekas terbakar sering ditemui jenis vegetasi tumih (Combretocarpus rotundatus) yang tahan terhadap kebakaran.     

Sungai

Perjalanan mengelilingi TNS memerlukan waktu setidaknya dua hari dengan menggunakan speedboat dengan menyusuri dua sungai besar yaitu Katingan dan Sebangau.   Susur sungai merupakan suatu perjalanan yang cukup menarik bagi peminat adventure tourism. Kondisi wisata yang ada pada saat ini dapat dikatakan  belum berkembang, hanya sedikit penginapan yang ada dan hanya terdapat di sepanjang Sungai Katingan. Perjalanan menyusuri sungai-sungai kecil yang ada di dalam kawasan hutan akan lebih menarik dan terasa benar-benar “back to nature” apabila menggunakan perahu tradisional yang disebut kelotok, kita akan menemui  suara burung dan insek, masyarakat yang ramah dan hangat serta hutan yang masih asli.
Terdapat dua gerbang pintu masuk ke TNS yaitu :

(1)  Dari Sungai Sebangau
Untuk menyusuri sungai Sebangau harus masuk melalui Darmaga Kereng Bangkirai yang dapat dijangkau dengan kendaraan dari Lapangan Terbang Cilik Riwut kurang lebih selama 15 menit.  Sepanjang sungai akan melihat warna air yang hitam.  Sepanjang perjalan dapat ditemui rumah-rumah penduduk yang tersebar secara sporadis yang berdiri di atas sungai. Mata pencaharian penduduk tampaknya mengandalkan pada sektor perikan. Mereka mencari ikan dan melakukan pembudidayaan dengan keramba-keramba di sekitar rumah. Jenis vegetasi  dominan yang terdapat di sepanjang sungai adalah jenis pandan-pandanan, mendekati muara ada perubahan vegetasi yaitu terdapat jenis nipah.  Sepanjang perjalan sesekali dapat menemui burung-burung air, orangutan dan bekantan. Orangutan dapat ditemui secara individu, tetapi bekantan biasanya secara berkelompok. Kegiatan wisata yang dilakukan adalah pengamatan satwaliar, peralatan teropong dan fotografi menjadi hal yang tidak boleh terlupakan, karena momen untuk ketemu satwa terserbut bukan hal yang gampang.
Perjalanan menyusuri sungai sampai muara Laut Jawa dapat ditempuh selama 7 jam tanpa istirahat dengan menggunakan speedboat, yang mencakup 1 jam pada daerah transisi menuju laut dengan gelombang yang relatif besar.  Disarankan untuk melalui Laut Jawa sebelum jam 3 sore, karena setelah itu gelombangnya cukup besar. Memasuki sungai Katingan, air tidak berwarna hitam seperti sungai Sebangau. Perjalanan melalui sungai Katingan menuju Kasongan, ibukota Kabupaten Katingan, ditempuh selama 8 jam tanpa istirahat.

(2)  Dari Sungai Katingan
Pintu gerbang lain untuk masuk kawasan TNS dapat melaui Kasongan yang dapat ditempuh dengan kendaraan selama kurang lebih 1,5 jam dari Palangka Raya. Sepanjang Sungai Katingan, penduduknya relatif padat dibandingkan sungai Sebangau, dengan pemukiman yang menyebar secara sporadis. Perjalanan  dari Kasongan ke Muara  Laut Jawa ditempuh dengan menggunakan speed boat kurang lebih 8 jam tanpa istirahat.  Dalam perjalanan seringkali kita melihat kapal pengangkut kayu, dan juga dapat mampir melihat lokasi pengolahan rotan di Tewang Tampang, yang produk akhirnya merupakan barang setengah jadi yang siap dikirim ke perajin maupun industri yang ada di dalam maupun di luar Kalimantan Tengah. Di beberapa lokasi, juga terdapat penginapan yang disediakan masyarakat seperti di Baun Bango dan Mendawai.  Untuk penginapan yang terletak di pinggir sungai, biasanya mempunyai  kamar mandi dan WC yang cukup unik yang berada di atas sungai.

 PANORAMA ALAM

 Bukit Kaki
Perjalanan ke Bukit  Kaki  dari Kasongan, harus melewati Sungai Katingan dengan terlebih ke  Kota Kecamatan Mendawai,  lama perjalanan kurang lebih 4 jam dengan menggunakan speed-boat. Selanjutnya dari Kota Kecamatan Mendawai menuju Bukit Kaki, ditempuh  dengan  menggunakan kelotok dengan kapasitas 4-8 orang selama kurang lebih 1 jam.  Penggunaan speed boat sampai saat ini belum dimungkinkan, karena di beberapa lokasi harus melalui kanal-kanal kecil yang lebarnya tidak cukup apabila dilalui speed-boat. Perjalanan cukup mengasyikkan, di kanan-kiri dapat diamati vegetasi ekosistem riparian dan sesekali kita dapat melihat rumah-rumah penduduk yang tersebar di sepanjang sungai.  Dari Mendawai ke Bukit Kaki direncanakan  dibuat jalan, yang sampai saat ini telah mulai dikerjakan. Di sisi  jalan dibuat kanal, yang saat ini dimanfaatkan untuk akses menuju Bukit Kaki.  Sampai di ujung kanal,  harus berhenti dan  meniti potongan-potongan batang pohon yang diletakkan di atas tanah gambut.  Waktu tempuh kurang lebih 15-20 menit untuk sampai di kaki bukit. Meniti potongan batang merupakan aktivitas yang cukup membutuhkan kehatian-kehatian dan keseimbangan. Selanjutnya, perjalanan dilakukan dengan sedikit mendaki bukit yang berbatu-batu. Di sini dituntut kelihaian mencari track yang aman dan tidak licin.  Sesampainya di bukit, tampak panorama yang indah berupa hamparan tajuk pohon kelihatan stratanya.
Di bukit kaki terdapat batuan yang jarang ditemui di ekosistem gambut sehingga menjadi menarik bagi para peneliti geologi.  Selain itu, juga menyimpan legenda yang menarik. Tidak jauh dari bukit kaki,  ditemui jenis ulin yang cukup unik keberadaannya di ekosistem gambut. 

Gunung Bulan
Hal yang menarik dari gunung Bulan adalah panoramanya yang indah berwarna hijau terlihat dari  jauh terutama pada pagi hari yang cerah.  Untuk menuju ke gunung Bulan dapat ditempuh menelusuri Sungai Katingan, yang selanjutnya masuk ke anak sungai (sungai Bulan) dengan waktu tempuh 3-4 jam.
 

DANAU

 Danau Jalan Pangen
Danau Jalan Pangen dapat dicapai dari Desa Baun Bango dengan waktu  tempuh selama kurang lebih 30 menit menggunakan speedboat dengan menyusuri sungai-sungai kecil.  Danau ini cukup luas (± 254,7 ha) dengan kedalaman air yang berfluktuasi tergantung pada musimnya.  Pada musim yang sangat kering, air  dapat surut sampai ke dasar danau.  Oleh karena itu pemanfaatan danau ini mempunyai waktu-waktu tertentu dimana kondisi air mencukupi untuk berbagai kegiatan wisata.  Aktivitas wisata yang dapat dikembangkan adalah memancing, berperahu  dan pengamatan burung-burung pemangsa ikan.
Untuk pengembangan wisata, sudah dibentuk KSM Pengelola Wisata Alam Jalan Pangen Kelompok ini berkedudukan di Desa Baun Bango, yang dibentuk pada Tanggal 7 Agustus 2004 yang diketuai oleh M. Arjan Shidik. Namun, hingga saat ini belum ada kegiatan aktual yang telah dilakukan oleh KSM ini.  KSM didirikan atas inisiasi WWF sejalan dengan pengembangan TNS.

Danau Kamipang
Danau ini luasannya relatif kecil dibandingkan Danau Jalan Pangen, namun demikian ini lokasi juga mempunyai aksesibilitas yang relatif mudah dijangkau sehingga mempunyai potensi wisata.  Seperti halnya Danau  Jalan Pengen, aktivitas wisata yang  dikembangkan adalah mancing, berperahu dan pengamatan burung.

Danau Panggulas
Danau Panggulas terletak di Desa Karuing Kecamatan Kamipang.  Untuk mencapai danau ini terlebih dahulu menyusuri sungai  dengan tajuk-tajuk pohon yang menutupi di atasnya.  Di sekitarnya  terdapat sarang-sarang orangutan  yang relatif mudah dijangkau baik pada musim penghujan maupun kemarau.
 

Potensi Wisata Di Luar Kawasan Taman Nasional Sebangau


Pengembangan wisata di kawasan TNS tidak bisa terlepas dari potensi wisata yang ada di luar kawasan TNS apakah potensi di luar kawasan bersifat melengkapi atau bahkan sebagai substitusi bagi daerah tujuan wisata di dalam kawasan TNS. Selain itu, juga penting kaitannya dengan perencanaan kemasan paket wisata. Akan terlalu mahal, seorang ecotourist yang berasal dari mancanegara hanya bertujuan melihat misalnya Danau Jalan Pangen, oleh karena itu perjalanannya harus merupakan suatu paket perjalanan wisata  yang melihat berbagai obyek wisata dari daerah tujuan wisata lainnya. Selain itu, potensi wisata di luar kawasan dapat memberikan gambaran bagi pengembangan wisata di dalam kawasan, sebagai pembanding keunggulan atau keunikan obyek wisata yang ada di dalam kawasan. Potensi wisata yang ada di luar kawasan TNS mempunyai keanekaragaman yang relatif tinggi dibandingkan di dalam kawasan, selain potensi wisata alam juga terdapat potensi wisata budaya. Adapun potensi wisata yang ada di luar kawasan adalah sebagai berikut :
 
Taman Nasional Tanjung Puting
Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) terletak di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat dengan  luas 300.000 hektar yang tersusun oleh beberapa tipe vegetasi.  TNTP merupakan kawasan yang sangat penting keberadaannya karena terdapat beberapa satwa langka yang dilindungi seperti orangutan (Pongo pygmaeus) dan jenis primata lainnya. Selain itu, juga menjadi habitat bagi banyak jenis fauna seperti burung, mamalia dan reptilia. Kegiatan ekowisata telah dikembangkan di TNTP. Beberapa fasilitas wisata telah dibangun seperti pondok penelitian, jembatan, dermaga, jalan setapak dan menara pandang.  Di kawasan ini juga terdapat camp Leakey yang berfungsi sebagai zona penelitian  dan pusat rehabilitasi orangutan yang telah dirintis sejak tahun 1971.  Lokasi ini juga digunakan untuk wisata secara terbatas, terutama untuk wisata minat khusus.
Pemanfaatan intensif pada TNTP terletak di Tanjung Harapan, yang direncanakan sebagai camping ground bagi para pengunjung seperti pramuka, pelajar, pecinta alam dan wisatawan. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan adalah hiking di jalan setapak melalui hutan hujan tropis.

Danau Bulat dan Danau Panjang
Danau ini terletak di Desa Jahanjang Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan, lokasinya berdekatan antara satu danau dengan danau yang lain.  Air sulingnya baik untuk kesegaran.  Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah olahraga air berupa canoeing dan ski. 

Danau Purun 
Danau Purun terletak di Desa Tumbang Ronen Kecamatan Kamipang Kabupaten Katingan yang merupakan daerah penyangga TNS. Danau ini mempunyai potensi untuk wisata seperti memancing dan olahraga air. Selain itu juga memberikan panorama yang indah dengan banyaknya teratai merah dan burung pemangsa ikan (white egret).  Kegiatan memancing juga banyak dilakukan, selain upaya masyarakat untuk membudidayakan ikan

Pulau Damar
Pulau Damar merupakan pulau kecil yang terletak dekat Laut Jawa sebelum masuk ke sungai Katingan, mempunyai hutan mangrove yang relatif masih utuh.  Aktvitas wisata yang dapat dilakukan adalah menikmati hutan mangrove dan juga pengamatan perilaku bekantan (Nasalis larvatus).

Upacara Adat  “Tiwah”
Salah satu  budaya dan tradisi  di masyarakat  Dayak yang terkenal adalah upacara tiwah. Tradisi ini merupakan bagian ritual dari masyarakat Dayak yang mempunyai kepercayaan Kaharingan.  Upacara ini menghantarkan roh manusia yang telah mati ke kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini. Tujuan upacara ini adalah memindahkan tulang manusia yang telah mati dari kuburan ke sandring (rumah kecil yang merupakan tempat tulang orang yang mati).  Pemindahan diikuti dengan acara  tarian dan nyanyian spiritual yang ditujukan untuk kepergian roh. Pada upacara ini juga dilakukan korban dengan menyembelih sapi, kerbau maupun babi.
Upacara ini memerlukan biaya relatif mahal, sehingga tidak selalu dilaksanakan setiap tahun.  Untuk meringankan biaya, upacara ini dilakukan oleh beberapa keluarga.  Seringkali pemerintah daerah juga membantu pembiayaan acara ini dengan tujuan untuk menarik wisatawan.  Upacara ini dapat dilakukan di desa-desa sekitar kawasan TNS.

Taman Wisata Bukit Batu/Pertapaan Tjilik Riwut
Berlokasi di Kecamatan Bukit Batu yang merupakan tempat  pertapaan Tjilik Riwut.  Tjilik Riwut adalah seorang Pahlawan Nasional  dari Kalimantan Tengah.  Bukit Batu dapat ditempuh dengan menggunakan Kendaraan darat kira-kira 83 Km dari Kota Palangkaraya.

Riam Mangkikit
Dalam bahasa setempat disebut “Kiham Mangkikit” berada di Sungai Katingan, dalam kawasan Desa Tumbang Kalamei, Kecamatan Katingan Tengah. Riam Terbesar di Kabupaten Katingan itu gemuruh pukulan ombaknya yang bisa terdengar berpuluh-puluh kilometer jauhnya.  Disebelah  hulu terdapat lagi riam-riam besar sambung menyambung dalam wlayah Kecamatan Mangkikit, mulai dari paling hulu bernama Riam Kuluk Leleng, Riam Buntut Leleng, Riam Tabera, Riam Sangkai Kukuh dan Riam Pamai.  Sangat mengasyikkan bagi mereka yang suka berolahraga arung jeram.

Taman Alam Bukit Tangkiling
Obyek wisata ini berjarak sekitar 32 Km dari pusat kota dan terletak di Kelurahan Banturung Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangkaraya yang merupakan kumpulan perbukitan dengan 8 puncak dan memiliki pemandangan yang cukup indah. Untuk mengunjungi tempat ini dapat menggunakan angkutan darat kurang lebih 30 menit dari Kota Palangka Raya. Di lokasi ini terdapat Guest House Pemda Kalteng dan bangunan/perumahan milik Dinas Kehutanan Kalteng. Juga terdapat pembibitan berbagai jenis kayu hutan seperti Tengkawang, Ulin dan lain-lain.  Sebagai sarana pendukung wisata dibangun juga shelter, play ground, jalan setapak, sarana parkir dan lain-lain.

Bumi Perkemahan “Nyaru Menteng” dan Arboretum Danau Tahai
Obyek wisata ini terletak diwilayah Kecamatan Bukit Batu, Kelurahan Danau Tahai.  Untuk menikmati pemandangan danau Tahai ini telah disediakan motor tempel (speed boat), perahu tradisional Jukung serta sepeda air yang dirancang secara khas. Sedangkan Arboretum merupakan tanaman khas hutan yang cukup menarik karena berbagai tumbuhan hutan tropis langka terdapat pada lokasi yang berjarak sekitar 29 Km dari pusat Kota Palangkaraya ini.

Taman Rekreasi/Arena Balap Motor Sabaru
Taman ini terletak di Jl. RTA. Milono Kelurahan Sabangau, Kecamatan Sabangau Kota Palangkaraya Propinsi Kalimantan Tengah, berjarak 12 Km dari ibukota dapat dicapai dengan waktu tempuh 15 menit, dengan luas areal 150 ha, terletak di sisi Danau Sabaru (Pantai Sungai Sabangau).  Sebagai arena balap motor sering digunakan untuk acara-acara kejuaraan olahraga balap motor baik tingkat daerah  maupun nasional. Juga terdapat beberapa fasilitas untuk rekreasi dan bermain.

Desa Wisata
Sebuah desa yang terletak di pinggiran Sungai Rungan yang merupakan bagian dari area pemukiman Rungan Sari Permai.

Gohong Rawai
Gohong Hawai merupakan sebuah riam yang cukup memukau melintasi Tumbang Jutuh, ibukota Kecamatan Rungan, Gohong artinya riam.  Lokasi ini menarik bagi yang suka tantangan untuk olahraga air, yang dapat dicapai dengan kendaraan air (speed boat atau long boat) dari Palangkaraya kira-kira 3-4 jam perjalanan.

Rumah Adat (Betang) Buntoi 
Terdapat di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau terdapat sebuah rumah betang yang tampak anggun dan merupakan “Museum” kecil tempat penyimpanan berbagai barang/harta pusaka Suku Dayak Ngaju.  Letaknya di wilayah bagian hilir lembah Sungai Kahayan sekitar 30 Km dari kota Kuala Kapuas.  Untuk mencapainya dapat menggunakan angkutan motor tempel atau jenis kendaraan air lainnya.

Sandung Bukit Rawi
Lokasi ini terletak di Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau. Obyek ini merupakan tempat penyimpanan tulang belulang seorang tokoh Suku Dayak di kawasan itu yang bernama Tumenggung Lawak yang bergelar Tumenggung Surya Jaya.  Lokasi dapat dicapai dengan motor tempel (speed boat) dari Kota Palangkaraya sekitar 45 menit perjalanan

Kebun-kebun Rotan
Kebun-kebun rotan terdapat menyebar di sepanjang Sungai Katingan.   Rotan ditanam sepanjang pinggiran sungai dan dibiarkan tumbuh bersama-sama dengan semak-belukar dan pepohonan. Tanaman tersebut dibiarkan ”menghutan”, terutama rotan. Rotan akan tumbuh dengan baik bila tumbuh bersama dengan semak belukar dan pepohonan lainnya. Hutan rotan sangat efektif  dalam menahan erosi di sepanjang bantaran sungai. Hal ini penting bagi pelestarian lingkungan sepanjang sisi sungai.


AKSESIBILITAS
Sebagian besar desa-desa yang ada di 5 (lima) kecamatan yang terletak di sekitar TNS, terletak di pinggir Sungai Katingan dan Sungai Sebangau, dengan kontur memanjang.  Dengan demikian mobilitas penduduk dari desa ke desa ataupun Sarana transportasi yang digunakan meliputi speed boat, kapal motor, kapal motor yang berukuran kecil (kelotok), perahu motor (alkon/ces) dan perahu tradisional (jukung).
Daerah kawasan Sebangau dapat diakses dengan berbagai alternatif perjalanan. Untuk menuju desa-desa di sekitar Katingan, aksesbilitas jalan yang paling cepat adalah melalui jalan darat sampai ke Kasongan. Dari Palangka raya ke Kasongan hanya membutuhkan waktu 1-2 jam. Bila tujuannya adalah daerah hilir (Pegatan), maka rute perjalanan dari Palangka Raya/Banjar Masin– Sampit – Pegatan. Dari Sampit ke Pegatan ada angkutan taxi air.  Untuk menuju daerah sekitar Sebangau, rute perjalanan paling dekat adalah transportasi air dari Palangka Raya – Sebangau Kuala. Dengan menggunakan speedboat, rute ini dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dari Palangka Raya ke desa Paduran.

PRASANA UMUM PENDUKUNG
Aliran listrik di empat kecamatan yang berada di sekitar kawasan TNS hanya berfungsi pada malam hari, yaitu mulai sekitar jam 17.00 hingga pagi jam 6.00. Di Kecamatan Sebangau Kuala, penerangan masih menggunakan generator, baik milik perorangan maupun milik bersama (patungan), jaringan PLN belum masuk ke wilayah ini.  Keberadaan listrik menumbuhkan dinamika yang nyata dalam kehidupan masyarakat yang meliputi berbagai aspek, yaitu baik aspek sosial dan ekonomi.  Dengan demikian pada desa-desa yang telah memperoleh layanan jasa listrik, terutama dari PLN mengalami perubahan positif yang cukup nyata.
Hasil Studi Sosek WWF (2005), ada dua daerah yang paling ramai yaitu daerah Katingan II dan Pegatan (keduanya termasuk wilayah Kecamatan Katingan Kuala-daerah hilir sungai Katingan). Kedua daerah ini selain ramai karena aktivitas pasarnya, juga menjadi tempat persinggahan (daerah transit dari dan ke kota, yaitu Banjarmasin, Sampit dan Palangkaraya. Kedua daerah ini juga berfungsi sebagai pelabuhan untuk bongkar muat barang-barang dari dan ke kota-kota tersebut.
Di setiap kecamatan terdapat pasar, yang berada di ibukota masing-masing kecamatan. Untuk Kecamatan Katingan Kuala, selain di Pegatan, pasarnya juga ada di Katingan II. Bahkan Pasar Katingan II lebih ramai dari pasar Pegatan. Keberadaan pasar di Katingan sangat bermakna bagi pengembangan perekonomian desa-desa di sekitarnya.  Di pasar ini terjadi berbagai transaksi ekonomi yang intinya berupa pemasaran hasil bumi para petani dan nelayan serta pengadaan berbagai barang kebutuhan penduduk.
Penginapan sudah ada beberapa lokasi sepanjang Sungai Katingan seperti di Pegatan, Mendawai dan Baun Bango.  Penginapan yang ada dengan fasilitas yang terbatas : listrik hanya pada waktu tertentu dan komunikasi dengan menggunakan fasilitas telpon satelit atau pada daerah tertentu sudah terjangkau oleh Jaringan telepon selular (GSM).

Sumber : Balai Taman Nasional Sebangau - Palangkaraya